Dun lemah yaitu termasuk upacara
yang dilakukan para orang tua pada syukuran anak mereka yang sudah menginjak
tahun bisa berjalan. Tradisi yang berasal dari desa-desa, yang masih sangat
jarang dilakukan oleh masyarakat luas. Sebenarnya sangat menarik di dalam acara
tersebut. Terdapat tanda dan symbol ketika pelaksanaannya. Terdapat pula dukun
yang mengerti dan menjalankan ritual-ritual pelaksanaan upacara dun lemah
tersebut.
Dun lemah merupakan tradisi yang sangat kuno sekali, sebab banyak
yang kurang mengenal dan melakukannya. Sekarang orang hanya mengenal tradisi yang modern saja, seperti pesta ulang
tahun. Padahal budaya jaman dahulu sangat menarik dan terkadang lebih banyak
manfaatnya.
Budaya
tersebut masih ada di daerah-daerah yang sangat terpencil, mungkin di desa-desa
yang sudah jauh dari kota. Harapannya di sini adalah agar masyarakat luas bisa
mengenalkan kepada masyarakat untuk mengenali budaya-budaya lama tersebut, agar
tidak kehilangan di Indonesia ini.
Terdapat ritual dan benda-benda
yang menjadi symbol di dalam acara tersebut, yang menjadi kebiasaan atau
tradisi.
Ketika pelaksanaan, terkadang anak tersebut menangis dan dukun yang menggendong
atau melaksanakan acara tersebut sangat cekatan sekali. Jika semua menyaksikan, sangat menarik untuk
dipelajari dan dikembangkan di masyarakat. Agar peringatan tradisional seperti
itu tetap ada.
Pertama anak dikurung dulu pakai kurungan, setelah anak itu berontak,
anak itu dijalankan ke tangga, naik turun tangga yang berarti bahwa kehidupan
di luar itu cukup sulit, kadang di bawah dan kadang di atas. Agar anak siap
untuk memahami kehidupan tersebut. Kemudian anak dijalankan ke bunga-bunga dan
beras. Berarti bahwa anak ini kelak
pun akan mencari papan, pangan, dan sandang. Begitu juga doa-doa yang mendoakan
anak ini dapat menjalani hari-hari dalam kehidupannya yang semoga bisa
membedakan antara yang baik dan buruk. Agar menjaga setiap tutur kata dan perilakunya.
Anak di angkat oleh dukun, dan
dijalankan ke tangga tersebut, namun tidak dilepaskan, masih dipegang oleh
dukun tersebut.
Tangga-tanggaan ini, terbuat dari bambu kecil atau dari tebu. Ini
digunakan untuk si anak naik turun tangga beberapa kali, konon kepercayaannya yaitu bahwa anak akan
mengalami kehidupan yang ada di dunia ini, agar siap menjalaninya, kehidupan
yang terkadang bisa memposisikan diri di atas, dan juga di bawah.
2. Beras kuning
Sang
anak dijalankan ke wadah beras kuning tersebut beberapa kali. Biasanya dalam
acara-acara ritual, beras yang dipakai adalah beras kuning, saya
kurang paham maknanya. Yang dimaksud di sini, beras kuning yang
diinjak-injak oleh sang anak ini bahwa anak akan mencari nafkah atau mengurusi
urusannya sendiri kelak untuk makan dan menyambung hidupnya.
Dengan penuh semangat, agar kelak mereka
juga semangat dan menghargai berapa pentingnya beras dan makanan yang didapat. Sang
anak dijalankan ke wadah beras kuning tersebut beberapa kali.
3. Bunga-bunga
tujuh rupa
Bunga-bunga ini sebagai symbol
saja ketika sang anak diritualkan di acara tersebut. Setelah menginjakkan ke
beras kuning tadi, si anak menginjak bunga-bunga, yang wangi. Agar tutur kata,
perilakunya juga wangi seindah bunga-bunga tersebut. Anak tersebut juga
dijalankan dan menginjak-injak bunga tersebut.
4. Kurungan/
penutup ayam
Sebagai symbol mengayomi dan menutup anak tersebut dari berbagai
gangguan. Diibaratkan adalah rumah, untuk melindunginya dari gangguan dan
apapun. Kurungan ini dikurungkan pada anak lama sekali, samapai anak berontak.
Sebab diibaratkan bahwa anak inipun akhirnya tidak tinggal di rumah orangtuanya
terus, juga akan pindah dan membuat rumah sendiri bersama keluarga baru mereka.
Anak tersebut dimasukkan ke dalam kurungan tersebut selama beberapa menit saja.
5. Bubur Merah
Sebagai symbol atau tanda bahwa agar anak tersebut dapat menjalani hidup
dan pekerjaan yang baik, risky yang turah-turah. Ini bubur dibagikan kepada
orang-orang/tamu undangan.
6. Doa – doa
Terdapat doa, untuk mendoakan sang anak agar menjadi anak yang berguna,
berbakti kepada orang tua dan dapat menjalani kehidupan dengan baik. Doa ini
dipanjatkan oleh kiyai dan orang-orang seisinya mengamininya. Dari orangtua dan
kiyai juga dukun yang emnjalankan ritual upacara ini.
Ini sebagian dari upacara tradisional dun lemah yang masih ada di daerah
tempat tinggal saya.
Sumber:
Ibu Jumini, Ibu
Zumronah, Mbah Zaini. (sesepuh di desa saya)
0 komentar :
Posting Komentar