Blogroll

Rabu, 25 Juni 2014

Upacara Tradisi Dun Lemah



           Dun lemah yaitu termasuk upacara yang dilakukan para orang tua pada syukuran anak mereka yang sudah menginjak tahun bisa berjalan. Tradisi yang berasal dari desa-desa, yang masih sangat jarang dilakukan oleh masyarakat luas. Sebenarnya sangat menarik di dalam acara tersebut. Terdapat tanda dan symbol ketika pelaksanaannya. Terdapat pula dukun yang mengerti dan menjalankan ritual-ritual pelaksanaan upacara dun lemah tersebut.
            Dun lemah merupakan  tradisi yang sangat kuno sekali, sebab banyak yang kurang mengenal dan melakukannya. Sekarang orang hanya mengenal tradisi yang modern saja, seperti pesta ulang tahun. Padahal budaya jaman dahulu sangat menarik dan terkadang lebih banyak manfaatnya.
            Budaya tersebut masih ada di daerah-daerah yang sangat terpencil, mungkin di desa-desa yang sudah jauh dari kota. Harapannya di sini adalah agar masyarakat luas bisa mengenalkan kepada masyarakat untuk mengenali budaya-budaya lama tersebut, agar tidak kehilangan di Indonesia ini.
            Terdapat ritual dan benda-benda yang menjadi symbol di dalam acara tersebut, yang menjadi kebiasaan atau tradisi.
  Ketika pelaksanaan, terkadang anak tersebut menangis dan dukun yang menggendong atau melaksanakan acara tersebut sangat cekatan sekali.  Jika semua menyaksikan, sangat menarik untuk dipelajari dan dikembangkan di masyarakat. Agar peringatan tradisional seperti itu tetap ada.
   Pertama anak dikurung dulu pakai kurungan, setelah anak itu berontak, anak itu dijalankan ke tangga, naik turun tangga yang berarti bahwa kehidupan di luar itu cukup sulit, kadang di bawah dan kadang di atas. Agar anak siap untuk memahami kehidupan tersebut. Kemudian anak dijalankan ke bunga-bunga dan beras. Berarti bahwa anak ini kelak pun akan mencari papan, pangan, dan sandang. Begitu juga doa-doa yang mendoakan anak ini dapat menjalani hari-hari dalam kehidupannya yang semoga bisa membedakan antara yang baik dan buruk. Agar menjaga setiap tutur kata dan perilakunya.

1. Tangga-tanggaan
        Anak di angkat oleh dukun, dan dijalankan ke tangga tersebut, namun tidak dilepaskan, masih dipegang oleh dukun tersebut.
Tangga-tanggaan ini, terbuat dari bambu kecil atau dari tebu. Ini digunakan untuk si anak naik turun tangga beberapa kali,  konon kepercayaannya yaitu bahwa anak akan mengalami kehidupan yang ada di dunia ini, agar siap menjalaninya, kehidupan yang terkadang bisa memposisikan diri di atas, dan juga di bawah.

2. Beras kuning
             Sang anak dijalankan ke wadah beras kuning tersebut beberapa kali. Biasanya dalam acara-acara ritual, beras yang dipakai adalah beras kuning,  saya  kurang paham maknanya. Yang dimaksud di sini, beras kuning yang diinjak-injak oleh sang anak ini bahwa anak akan mencari nafkah atau mengurusi urusannya sendiri kelak untuk makan dan menyambung hidupnya.
Dengan penuh semangat, agar kelak mereka juga semangat dan menghargai berapa pentingnya beras dan makanan yang didapat. Sang anak dijalankan ke wadah beras kuning tersebut beberapa kali.

3. Bunga-bunga tujuh rupa
Bunga-bunga ini sebagai symbol saja ketika sang anak diritualkan di acara tersebut. Setelah menginjakkan ke beras kuning tadi, si anak menginjak bunga-bunga, yang wangi. Agar tutur kata, perilakunya juga wangi seindah bunga-bunga tersebut. Anak tersebut juga dijalankan dan menginjak-injak bunga tersebut.

4. Kurungan/ penutup ayam
Sebagai symbol mengayomi dan menutup anak tersebut dari berbagai gangguan. Diibaratkan adalah rumah, untuk melindunginya dari gangguan dan apapun. Kurungan ini dikurungkan pada anak lama sekali, samapai anak berontak. Sebab diibaratkan bahwa anak inipun akhirnya tidak tinggal di rumah orangtuanya terus, juga akan pindah dan membuat rumah sendiri bersama keluarga baru mereka. Anak tersebut dimasukkan ke dalam kurungan tersebut selama beberapa menit saja.

5. Bubur Merah
Sebagai symbol atau tanda bahwa agar anak tersebut dapat menjalani hidup dan pekerjaan yang baik, risky yang turah-turah. Ini bubur dibagikan kepada orang-orang/tamu undangan.

6. Doa – doa
Terdapat doa, untuk mendoakan sang anak agar menjadi anak yang berguna, berbakti kepada orang tua dan dapat menjalani kehidupan dengan baik. Doa ini dipanjatkan oleh kiyai dan orang-orang seisinya mengamininya. Dari orangtua dan kiyai juga dukun yang emnjalankan ritual upacara ini.

Ini sebagian dari upacara tradisional dun lemah yang masih ada di daerah tempat tinggal saya.



 Sumber:
Ibu Jumini, Ibu Zumronah, Mbah Zaini. (sesepuh di desa saya)

0 komentar :

Posting Komentar